Catatan Kecil dari Launching Program Kajian Kitab Kuning PP APRI (Bagian 3)
Nasional

Catatan Kecil dari Launching Program Kajian Kitab Kuning PP APRI (Bagian 3)

  25 Nov 2023 |   234 |   Penulis : Biro Kajian Hukum Islam & Karya Ilmiah|   Publisher : Biro Kajian Hukum Islam & Karya Ilmiah

Duta Kolektif


Rumit. Urusan menemukan dan menetapkan narasumber untuk sebuah kegiatan berskala nasional benar-benar rumit. Sungguh tak mudah. Begitu rumitnya, urusan narasumber ini sampai mampu menunda pelaksanaan Launching Kajian Kitab Kuning. Penundaannya tak main-main. Hingga  dua  bulan lebih. Dua bulan tujuh hari tepatnya. 


Di forum Rakernas PP APRI,  24 Juli 2023 di Jakarta, waktu pelaksanaan launching sudah direncanakan.  Rencana itu dicantumkan pada Rundown Program Kerja Biro Kajian Hukum Islam dan Karya Tulis Ilmiah. Biro KHI & KI. Di dokumen rundown itu, Launching Program Kajian Kitab Kuning tertulis akan dilaksanakan pada 31 Agustus 2023. 


Begitulah rencana awal yang disepakati pada saat Rakernas. Tertulis jelas di Rundown Program Kerja Biro. 


Namun, rencana itu akhirnya tertunda. Meleset lumayan jauh. Itu tadi. Hingga dua bulan tujuh hari. Penyebabnya, ya itu tadi.  Narasumber. Betapa tak mudahnya menentukan narasumber untuk suatu kegiatan berlevel nasional. Tentu saja. Sebab tak bisa sembarang narasumber dihadirkan. Tak bisa acak kadut. Tak boleh asal-asalan. Mesti memenuhi kualifikasi tertentu. Harus populer. Mesti terkenal dan familiar. Di seantero negeri. 


Tak cukup sekedar itu, harus pula kompeten. Wajib menguasai topik sesuai tema besar launching. Tema yang dikemas dalam format Seminar Nasional: "Pernikahan Beda Agama dan Moderasi Beragama dalam Perspektif Kitab Kuning". 


Nampak jelas  tiga variabel pokok di tema ini. Nikah Beda Agama, Moderasi Beragama, dan Kitab Kuning. Untuk dua variabel pertama, dipastikan banyak narasumber yang fasih menarasikannya. Tapi di variabel ketiga, kitab kuning, tak semudah itu, Ferguso!.

Tak sembarang narasumber memiliki kapabilitas di kualifikasi ini. Boleh saja, seorang narasumber menguasai dengan baik konsepsi-konsepsi terkini tentang nikah beda agama. Juga tentang moderasi beragama. Namun kefasihan teoritik itu, belum tentu diimbangi dengan literasi kitab kuning yang memadai. Sementara di variabel inilah kunci utama kegiatan. Baik untuk kegiatan launching maupun pada pelaksanaan kajian kitab di sepanjang bulan Januari hingga Desember 2024 nanti. 


Memang tak mudah menemukan narasumber dengan kualifikasi ini; menguasai substansi konseptual sekaligus kontekstual variabel nikah beda agama dan moderasi beragama. Lalu di saat yang sama menguasai literasi kitab kuning dalam korelasinya dengan kedua variabel itu. Kan mumet. 


Tapi semumet dan serumit apapun, ikhtiar harus tetap dilakukan. Maka melalui rapat di Wa Grup Biro, tersebutlah nama Gus Baha. Kyai asal Rembang bernama lengkap K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim inilah yang pertama mengemuka untuk didaulat menjadi narasumber. Di perbincangan Grup WA Biro KHI & KI itu.  


Rasa-rasanya semua kualifikasi yang sudah disebutkan, berkumpul menjadi satu pada sosok karib Prof. Qurays Shihab yang juga alumni Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang ini. 


Upaya penjajakan lalu mulai dilakukan. Duta Grafika, kebagian tugas khusus untuk menjalankan misi ini. Aslinya, Duta Grafika bukanlah fungsionaris di Bidang Kajian Hukum Islam, si empunya program. Melainkan  jajaran pengurus di  Bidang Karya Ilmiah. Tapi karena faktor domisili,  maka prinsip kerja kolektif mesti dimanifestasikan di sini. Berdomisili di Jawa Tengah, Duta Grafika relatif dapat lebih mudah menjangkau tempat kedudukan Gus Baha di Rembang. 


Begitulah. Usaha untuk menghadirkan Gus Baha telah diupayakan. Begitu sungguh-sungguh. Sangat serius. Duta Grafika sampai harus datang langsung ke Rembang. Tak dapat berjumpa langsung, Duta Grafika ditemui oleh santri kepercayaan sang Kyai. Dari situ diperoleh kepastian yang tak sesuai harapan. 


Oleh suatu sebab khusus,  Gus Baha tak bisa memenuhi permintaan panitia launching untuk menjadi narasumber. Artinya, panitia harus secepatnya menemukan narasumber alternatif.


Usaha menghadirkan Gus Baha memang tak kesampaian. Tapi betapapun apresiasi tetap harus diberikan kepada Duta Grafika. Sebab bukan hal mudah berlelah-lelah berupaya menghadirkan narasumber seperti itu. Langsung pula memberanikan diri menemui di tempatnya beraktifitas sehari-hari. Tanpa ada kepastian dapat bertemu langsung atau tidak. Pun tak ada kepastian narasumbernya bersedia atau tidak. 


Lebih dari itu, kesediaan Duta Grafika  mengemban salah satu tanggung jawab terberat dari keseluruhan proses kegiatan launching ini, tak bisa tidak, harus diapresiasi. Lebih-lebih ia sendiri bukanlah bagian langsung dari Bidang yang menjadi leading sektor pelaksana program.  Bilapun hasilnya tak sesuai harapan, itu bukan soal. 


Duta Grafika, Fungsionaris Bidang Karya Ilmiah Biro KHI & KI PP APRI


Bahwa semangat kebersamaan dan etos kerja kolektif telah termanifestasi dengan baik dalam proses ini, itulah yang terpenting. 


Koordinasi antar panitia yang terpisah jarak begitu jauh boleh saja tak terkendala dan berlangsung apik. Tapi semangat kebersamaan dan etos kolektifitas seperti yang ditunjukkan Duta Grafika, tak bisa diabaikan arti pentingnya terhadap kesuksesan pelaksanaan kegiatan Launching Kajian Kitab Kuning Biro KHI & KI PP APRI itu. 



_Bersambung ke Bagian 4: Ketum Narsum_




Hayyun Nur
Kepala Biro Kajian Hukum Islam dan Karya Ilmiah PP APRI
 

Share | | | |