BELAJAR DARI MUIZ, BOCAH 12 TAHUN: INSPIRASI UNTUK APARATUR PEMERINTAHAN
Inspirasi

BELAJAR DARI MUIZ, BOCAH 12 TAHUN: INSPIRASI UNTUK APARATUR PEMERINTAHAN

  30 Nov 2024 |   46 |   Penulis : PC APRI Lampung Timur|   Publisher : Biro Humas APRI Lampung

BELAJAR DARI MUIZ, BOCAH 12 TAHUN: INSPIRASI UNTUK APARATUR PEMERINTAHAN
Oleh : [H. Kasbolah, M. Pd.]

Pendahuluan

Di sebuah desa kecil yang jauh dari gemerlap kota, hidup seorang anak bernama Muiz. Usianya baru 12 tahun, tetapi semangat, dedikasi, dan kedisiplinannya telah menjadikannya teladan bagi siapa saja yang mengenalnya. Di tengah keterbatasan ekonomi dan fasilitas, Muiz tidak pernah menyerah. Ia bekerja keras, membantu keluarganya, dan tetap berprestasi di sekolah.  

Kisah hidup Muiz memberikan inspirasi yang relevan bagi aparatur pemerintahan, khususnya di Kementerian Agama (Kemenag). Sebagai pelayan masyarakat, aparatur sering menghadapi tantangan besar, mulai dari tugas administratif yang kompleks hingga ekspektasi tinggi dari publik. Namun, bagaimana jika semangat dan ketangguhan Muiz diterapkan dalam dunia pelayanan publik? Esai ini akan menggambarkan bagaimana Muiz menjadi simbol keteladanan yang layak diadopsi oleh aparatur Kemenag.  

Bagian Utama

Muiz adalah anak kedua dari empat bersaudara dalam sebuah keluarga sederhana. Ayahnya bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan yang tidak menentu, sementara ibunya berjualan kecil-kecilan di pasar desa. Sejak usia sembilan tahun, Muiz telah membantu orang tuanya, mulai dari memikul kayu bakar hingga menjaga dagangan di pasar.  

Namun, apa yang membuat Muiz istimewa adalah kedisiplinan dan semangatnya dalam menjalani kehidupan. Setiap pagi, ia bangun sebelum fajar untuk mengerjakan tugas sekolah, kemudian membantu ibunya di pasar sebelum berangkat ke sekolah. Meski lelah, ia tidak pernah mengeluh. Guru-gurunya sering kali terkesan dengan kerja kerasnya, karena ia selalu menyelesaikan tugas tepat waktu dan meraih nilai terbaik di kelas.  

Muiz percaya bahwa keterbatasan bukanlah alasan untuk berhenti berusaha. Ia sering berkata, *“Jika saya menyerah, siapa yang akan membantu keluarga saya?”* Kalimat sederhana ini mengandung pelajaran besar: tanggung jawab dan dedikasi adalah kunci untuk mengatasi tantangan.  

Di sisi lain, aparatur pemerintahan sering kali menghadapi situasi yang tidak jauh berbeda. Tuntutan pekerjaan yang tinggi, minimnya fasilitas di beberapa wilayah, dan tekanan birokrasi kerap memunculkan keluhan. Namun, semangat Muiz menunjukkan bahwa sikap positif dan kerja keras mampu mengubah keterbatasan menjadi kekuatan.  

Dalam konteks Kemenag, peran aparatur sangat penting dalam melayani masyarakat. Mulai dari urusan pencatatan nikah hingga penyuluhan moderasi beragama, mereka adalah ujung tombak yang menjaga keharmonisan sosial. Jika aparatur mampu meneladani semangat Muiz, mereka tidak hanya akan menyelesaikan tugas administratif, tetapi juga membangun kepercayaan dan penghargaan dari masyarakat.  

Penutup

Kisah Muiz mengajarkan bahwa semangat, dedikasi, dan disiplin tidak mengenal batas usia. Ia adalah simbol ketangguhan yang dapat menjadi inspirasi bagi aparatur pemerintahan, khususnya di Kemenag.  

Sebagai pelayan masyarakat, aparatur Kemenag memiliki tanggung jawab besar untuk menjadikan peran mereka lebih bermakna. Dengan meneladani semangat Muiz, mereka dapat membuktikan bahwa tugas bukanlah beban, melainkan kesempatan untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara.  

Mari belajar dari Muiz, bocah 12 tahun yang sederhana namun penuh inspirasi. Jadikan semangatnya sebagai api yang membakar semangat profesionalisme dan dedikasi kita. Karena seperti yang Muiz ajarkan, keterbatasan bukan alasan untuk berhenti berjuang, melainkan alasan untuk melangkah lebih jauh.

Share | | | |