Air Mata di Tengah Sunyi: Pencarian Jiwa yang Hilang
Inspirasi

Air Mata di Tengah Sunyi: Pencarian Jiwa yang Hilang

  30 Oct 2024 |   46 |   Penulis : PC APRI Lampung Timur|   Publisher : Biro Humas APRI Lampung

AIR MATA DI TENGAH SUNYI: PENCARIAN JIWA YANG HILANG

Di sebuah kamar yang remang, Raka duduk bersimpuh. Malam telah larut, dan hanya suara angin yang berbisik di luar jendela yang menemaninya. Raka menengadahkan kedua tangan, air mata mengalir tanpa henti. Dalam kesunyian itu, ia merasa terputus dari segala yang pernah dikenalnya.

Sejak kehilangan sosok paling berharga dalam hidupnya, Raka merasa jiwanya terombang-ambing. Tak ada lagi arah, tak ada lagi peta yang membimbing langkahnya. Setiap malam, ia berharap menemukan jawaban dalam doa-doanya, mencari secercah cahaya di tengah kegelapan yang menyelimuti hatinya.

"Apa yang harus kulakukan?" bisiknya lirih, seolah meminta angin malam menyampaikan kegelisahannya kepada Sang Pencipta.

Raka teringat akan masa lalu, saat hidupnya dipenuhi tawa dan cinta. Namun, kenangan itu kini terasa seperti bayangan yang semakin menjauh. Ia merasa kehilangan jati dirinya, dan kesedihan itu membentuk sebuah lubang di dalam hatinya yang semakin dalam.

Di tengah ratapan, ia mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Sebuah ketenangan yang perlahan merayap masuk, memberi kehangatan di antara dinginnya malam. Raka teringat akan ajaran lama yang sering ia abaikan: bahwa terkadang, jawaban tidak datang dalam bentuk yang kita harapkan, tetapi selalu ada dalam bentuk yang kita butuhkan.

Di keheningan itu, Raka menyadari bahwa pencariannya bukan tentang menemukan kembali apa yang hilang, melainkan menerima dan menghargai apa yang masih ada. Ia mulai memahami bahwa meskipun rasa kehilangan itu tidak akan pernah sepenuhnya hilang, ia dapat menemukan kedamaian dalam penerimaan.

Dengan keyakinan baru, Raka bangkit dari tempatnya bersimpuh. Malam itu, ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya, tidak lagi sebagai jiwa yang hilang, tetapi sebagai jiwa yang belajar menerima dan bertumbuh.

Esoknya, saat matahari terbit, Raka merasakan harapan baru. Ia tahu perjalanan ini belum selesai, tetapi kini ia siap melangkah dengan hati yang lebih tenang dan terbuka.. [Tim Humas APRI Lamtim]

Share | | | |