
Daerah
Memupuk Sifat Juhud di Bulan Ramadhan
05 Mar 2025 | 19 | Penulis : Humas PC APRI Lambar| Publisher : Biro Humas APRI Lampung
MEWASPADAI NAFSU DUNIA YANG MELALAIKAN WAKTU
Oleh.Usep Soleh Qodarudin,S.Ag
Menyambung dari bahasan beberapa hari yang lalu perihal mewaspadainya perilaku yang buruk di bulan Ramadhan selain dari Mubadzir, yaitu Perilaku Bermegah megahan terhadap Dunia juga patut diwaspadai ,karena hal itu dilarang juga dalam Islam karena hal itu merupakan hal yang berlebihan ,apa lagi jika disekitar nya masih terdapat orang orang yang kelaparaan dan serba kekurangan.
Sebagaimana Firman allah SWT dalam surat At-Takatsur 1-6 yang artinya:
1.Berbangga-bangga dalam memperbanyak (dunia) telah melalaikanmu
2.sampai kamu masuk ke dalam kubur.
3.Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu).
4.Sekali-kali tidak (jangan melakukan itu)! Kelak kamu akan mengetahui (akibatnya).
5.Sekali-kali tidak (jangan melakukan itu)! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti, (niscaya kamu tidak akan melakukannya
6.Pasti kamu benar benar akan melihat Neraka Jahim.
PADA dasarnya manusia tidak akan bisa lepas dari segala urusan dunia. Sebab bagaimanapun setiap manusia tentu membutuhkan kebutuhan Lahir makan, minum, Pakaian serta tempat tinggal atau naungan semasa hidup.
Namun yang perlu diingat, hidup hanyalah sementara, dan dunia tak selamanya kekal. Maka itu, jangan jadikan dunia sebagai suatu hal yang harus diutamakan dalam pencapaian selama hidup. Jangan sampai hanya karena urusan dunia, jadi melupakan hal yang lebih kekal yakni akhirat.
"Dunia itu jangan sampai dijadikan masuk ke dalam hati. Jangan gara-gara dunia kita meninggalkan kewajiban, meninggalkan sunah, berani melakukan sesuatu yang dimurkai oleh Allah Subhanahu wa ta'ala,.
Hal yang perlu diterapkan adalah sifat zuhud, yakni diartikan sebagai orang yang mengutamakan akhirat dan tidak terlalu mementingkan urusan dunia. Seseorang yang zuhud bukan berarti harus melepaskan atau menjauhi segala urusan dunia dalam dirinya dan hidupnya, karena pada dasarnya dunia itu mulai dari kita lahir sampai meninggal telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala.
Diibaratkan oleh para ulama, dunia itu seperti bayangan yang jika berjalan ke mana pun akan selalu mengikuti. Bayangan itulah yang dimaksud dengan rezeki, ajal, dan jodoh yang semuanya telah ditakdirkan dan tidak akan terlepas dari diri kita.
Oleh karena itu, tidak semua urusan dunia dapat dilepaskan begitu saja untuk semata-mata mementingkan akhirat. Allah Subhanahu wa ta'ala sudah tentukan semuanya di dunia dan manusia berhak memanfaatkannya untuk segala hal baik. Hal yang perlu diingat adalah jangan sampai dunia menjadi sebab atau beban yang tidak baik yang mampu memberatkan manusia di akhirat kelak.
"Orang yang bisa semacam ini di dunia hanya sedikit, kecuali kepada mereka yang memiliki konsep mengatur dunia. Konsep yang menjadikan dunia hanya semata-mata sebagai jembatan menuju akhirat, hanya sebagai modal untuk mendapatkan ridho Allah Subhanahu wa ta'ala dan cinta dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam," tambahnya.
Hingga akhirnya jika suatu saat dilanda kesulitan, seseorang yang bersifat zuhud akan lebih ikhlas karena merasa bahwa segala hal yang ia hadapi saat di dunia itu ialah datang dari Allah Subhanahu wa ta'ala. Sedangkan Allah Ta'ala, yang ia yakini, tidak mungkin memberikan suatu ketentuan kecuali yang terbaik bagi hamba-Nya.
Lalu jika diberikan keberkahan di dunia, dengan harta yang dimiliki, akan digunakan olehnya yang akan bermanfaat untuk kelak nanti di akhirat. Sehingga ia akan mendapatkan dua keutamaan, yakni menikmatinya di dunia, dan merasakan hasil daripada perbuatan amal salihnya tersebut.
Di sisi lain, tak sedikit orang yang merasa bahwa dirinya telah mendapat barokah dari harta yang ia miliki meski tak pernah beramal dari situ, merasa terus mendapat limpahan rezeki meski tak pernah membantu pembangunan masjid. Hal ini yang kemudian diyakini akan menjadi "senjata makan tuan" saat telah meninggalkan dunia.
"Banyak orang yang merasa tidak pernah membantu pesantren tetapi hartanya barokah, tidak pernah bantu masjid tetapi hartanya melimpah. Justru perkataan itu yang akan jadi boomerang bagi dirinya. Karena kalau benar hartanya barokah, justru ia akan menggunakannya untuk masjid, mushola. Tetapi ini tidka digunakan. Ini termasuk orang yang tidak punya kebaikan, dan dipastikan akan bangkrut di akhirat," kata Habib Segaf Baharun.
Kekayaan yang dimiliki seseorang selama di dunia tak akan berharga bila tak dimanfaatkan untuk hal-hal baik. Limpahan rezeki berupa harta yang menumpuk tak akan sepenuhnya bisa dinikmati bila tidak memberi manfaat untuk kehidupannya di akhirat kelak.
"Sehingga, beruntunglah bagi orang-orang yang meninggalkan dunia dalam kondisi tidak memiliki dunia, maksudnya, ia meninggalkan dunia, modal yang telah Allah Subhanahu wa ta'ala berikan kepadanya itu digunakan untuk akhiratnya," ungkapnya.
Wallahu a'lam bishawab