Es Teh dan Hikmahnya : Belajar Menjaga Lisan dan Akhlak Mulia
Inspirasi

Es Teh dan Hikmahnya : Belajar Menjaga Lisan dan Akhlak Mulia

  05 Dec 2024 |   90 |   Penulis : PC APRI Lampung Timur|   Publisher : Biro Humas APRI Lampung

Es Teh dan Hikmahnya : Belajar Menjaga Lisan dan Akhlak Mulia
Oleh : [ Dr. KH. M. Tohari, M. Pd.,&
H. Kasbolah, S. Pd. I. M. Pd.]


Pendahuluan

Dalam perjalanan hidup, setiap individu, baik pendakwah, aparatur pemerintah, maupun masyarakat umum, tak lepas dari ujian terkait menjaga lisan dan sikap terhadap kesalahan orang lain. Kisah sederhana tentang "Es Teh dan Gus Miftah" menjadi ilustrasi mendalam tentang pentingnya pendekatan yang penuh hikmah saat menghadapi kesalahan. Dalam dunia yang semakin terhubung, kritik dan hujatan dapat dengan mudah menyebar, tetapi apakah itu selalu solusi terbaik? Artikel ini menggali pesan Al-Qur’an, teladan Nabi Muhammad SAW, contoh nyata, dan kontra contoh dalam merespons kesalahan serta memberikan pelajaran bagi siapa pun yang ingin meningkatkan kualitas akhlak.

Hikmah dari Kisah Es Teh dan Gus Miftah

Mengisahkan tentang pentingnya menjaga lisan dan merespons kesalahan orang lain dengan cara yang baik. Dua langkah utama yang ia sampaikan dari gurunya adalah: 
  1. Memberi hadiah kepada korban untuk membesarkan hatinya.  
  2. Menasehati pelaku secara langsung tanpa pakai cara cara tanpa mempermalukan.  

Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam QS. Fussilat (41:34):  
"Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia."

Pesan ini menunjukkan bahwa menjaga kehormatan seseorang, bahkan yang bersalah, lebih efektif dalam membuka pintu hidayah dan memperbaiki hubungan.
 
1. Nabi Muhammad SAW dan Penduduk Thaif:

Ketika Nabi Muhammad SAW dihina dan dilempari batu oleh penduduk Thaif, beliau tidak membalas dengan kemarahan, meskipun malaikat menawarkan untuk menimpakan gunung kepada mereka. Sebaliknya, Nabi mendoakan kebaikan bagi mereka. Hasilnya, Thaif kemudian menjadi pusat ulama dan pembelajaran Islam.  
   
2. Umar bin Khattab:  

Sebelum masuk Islam, Umar bin Khattab dikenal sebagai musuh besar Islam. Namun, Nabi Muhammad SAW selalu melihat potensi kebaikan dalam dirinya. Akhirnya, Umar menjadi salah satu khalifah terbesar dalam sejarah Islam.
 
1. Kritik Berlebihan kepada Dai yang Khilaf: 

Ada kasus publik di mana seorang dai besar dihujat karena salah ucap. Alih-alih memperbaiki suasana, hujatan tersebut justru memicu keraguan publik terhadap dunia dakwah. Banyak yang beranggapan bahwa isi dakwah hanyalah perdebatan tanpa substansi, sehingga citra Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin memudar.

2. Lembaga Sosial yang Terpuruk Akibat Oknum: 
Ketika ada oknum dalam lembaga sosial yang melakukan kesalahan, masyarakat cenderung menyalahkan seluruh lembaga. Misalnya, penutupan sebuah organisasi kemanusiaan karena ulah segelintir anggotanya, padahal dampaknya meluas hingga menghambat bantuan kepada masyarakat.

Panduan Praktis bagi Semua:
1. Bagi Pendakwah:  
   - Jangan tergesa-gesa dalam menyebarkan kesalahan orang lain. Ingatlah bahwa dakwah adalah tentang menyampaikan pesan yang menyentuh hati.  
   - Pelajari konteks sebelum memberi tanggapan. Nasehati secara empat mata, sebagaimana diajarkan Nabi SAW.  
   
2. Bagi Aparatur Kementerian Agama: 
   - Jadilah teladan dalam bersikap profesional dan menjaga amanah. Kepercayaan masyarakat kepada institusi sangat tergantung pada perilaku setiap individunya.  
   - Hindari menghakimi publik yang berbuat salah; lebih baik edukasi mereka dengan pendekatan yang persuasif.  

3. Bagi Kita Semua: 
   - Jangan menjadi bagian dari penyebar aib orang lain. Alih-alih menghakimi, fokuslah pada solusi untuk membantu.  
   - Pahami bahwa setiap manusia memiliki perjalanan dan potensi untuk berubah menjadi lebih baik.  

Disclaimer:  

Artikel ini tidak bermaksud untuk membenarkan kesalahan atau menghapus tanggung jawab pelaku atas perbuatannya. Namun, pesan utama adalah mendorong pendekatan yang lebih bijak dan solutif dalam merespons kesalahan. Membalas keburukan dengan kebaikan bukan berarti mendukung keburukan, tetapi berusaha memberikan peluang untuk perubahan. 

Kesimpulan

Kisah "Es Teh" memberikan hikmah besar tentang pentingnya menjaga lisan dan mempraktikkan akhlak mulia. Dalam menghadapi kesalahan, baik sebagai pendakwah, aparatur, atau individu biasa, selalu ada jalan yang lebih baik sesuai ajaran Al-Qur'an dan teladan Nabi Muhammad SAW. Dengan mempraktikkan hikmah ini, kita tidak hanya menjaga harmoni sosial tetapi juga membuka pintu hidayah dan kepercayaan bagi orang lain. Semoga setiap langkah kecil yang kita lakukan menjadi ladang pahala dan kontribusi bagi perbaikan umat.

Share | | | |