Tiga Bulan Berkah, Momentum Kembali Memahami Jati Diri
Opini

Tiga Bulan Berkah, Momentum Kembali Memahami Jati Diri

  26 Jan 2025 |   341 |   Penulis : Humas Cabang APRI Sulawesi Selatan|   Publisher : Biro Humas APRI Sulawesi Selatan

Dalam kasus tertentu di kalangan warga Bugis yang biasanya terlibat sebuah perseteruan, secepat itu seorang lain dari kejauhan berteriak,  "Weh.., pada iko!. Dan ketika keduanya ( yang berseteru itu ) sadar, lalu keduanya berkata, "ternyata pada idi".

Pada Iko,  Artinya Usaha pengembalian diri kepada keaslian wujud setelah mereka lepas dari kesadaran dirinya. Hal tersebut bisa dicapai ketika manusia mempunyai sifat rendah hati dan hormat kepada orang lain sebagai anggota masyarakat yang mempunyai adat istiadat. 

Pada Iko, dianggap penting sebagai bagian dari menjaga harmoni dalam hubungan sosial dan membangun kehidupan bermasyarakat yang damai.

Dengan kata lain kualitas transenden pada kata "Iko" (kamu) adalah kualitas Immanensi pada kata "iya" (aku). Demikian hakikat "pada idi" (Kita/kami)

Para ahli irfan sering mensinergikan dua kualitas pada salah satu proses suluk ahwal pemuan diri ini.

Mereka berkata "Iyaro iko engkae ri iya"  sibawa "iya' engkae ri "iko" yanaritu "weddingngi pada wedding to de'napada.
Artinya, "engkau dan aku", bisa berkedudukan sama namun bisa juga berkedudukan tidak sama. Kedudukannya sama jika mereka berada pada skala kesadaran metafisika, spiritualitas, atau hubungan (relasi) antarmanusia. Dan kedudukan tidak sama apabila keduanya hanya memandang dari sisi wujud fisik, perbedaan secara individual serta menolak esensi hakikat keberadaan universal

Karena itu ahli tarekat berkata "peleburan imanensi Iko dan iya begitu pula iya dan iko adalah kehadiran pad idi.

Karena itu berbahagialah bagi manusia yang memahami konsep ini dengan memanfaatkan bulan-bulan berkah, seperti bulan Rajab, sya'ban dan Ramadan sebagai momen penyucian jiwa. Dengan menjadikan tiga bulan ini sebagai telapak proses perjalanan rohani

Karena itu bulan ini dianggap sakral terutama dalam tradisi tasawuf thoriqoh ma'rifat, di mana di seantero bumi menjalankan bimbingannya dengan berbagai kholwat untuk para murid.

Para murid khusyuk dengan shalat, dzikir, ziyarah dan puasa sunnah, dimulai dari fase awal Takholli, yakni pembersihan dari akhlak tercela atau energi negatif  dengan taubat dan menduduki maqom stasiun taubat. 

Fase Tahalli mempercantik diri dengan mengisinya dengan akhlak terpuji atau energi positif dan menduduki maqom stasiun syukur, sabar, zuhud, ridho, dan mahabbah cinta.

Fase terakhir Tajalli menyingkapi keagunganNya dalam diri dan semesta yang terdiri dari maqom fana dan baqo yang disertai dengan hal musyahadah dan mukasyafah, penyaksian dan penyingkapan. 

Dari fase demi fase ini berproses sehingga dapat menyambut bulan Ramadhan dalam keadaan fitrah, suci dan bercahaya. 

Bagi calon salik, yang berminat dalam perjalanan ruhani. Saat ini berusaha menjadikanhari pertama kaki melangkah. Mengisi dengan penyucian lahir dan batin mandi, memperbanyak istighfar. Bagi yang berminat dan sedang menjalani, semoga sampai dan sukses sampai titik akhir perjalanan mengenal-Nya.

Syamsir Nadjamuddin
- ASN Kemenag Maros
- Seniman
- Praktisi Tarekat


Sumber:
1. Alfit Lyceum, Kajian Filsafat Harmonisasi
2. Majelis Republik Sofiah
3. Murtadha Muthahhari, Filsafat, Teori dan Praktisi
4. Ust Syamsunar, Insan Kamil, Telaah Pemikiran Ibn Arabi
5. Ibn Arabi, Futuhat Al Makkiyyah
6. M Taqy Mishbah Yazdy, Daras Filsafat

Share | | | |