Ramadhan Bangun mental spritual Manusia yang Berkwalitas
Daerah

Ramadhan Bangun mental spritual Manusia yang Berkwalitas

  06 Mar 2025 |   24 |   Penulis : Humas PC APRI Lambar|   Publisher : Biro Humas APRI Lampung

          TINGKATAN IKHLAS

menurut Syekh Nawawi Al-Bantani

Oleh.Usep Soleh Qodarudin,S.Ag 
  • (Kepala KUA Air Hitam)


Biasanya Di Bulan Ramadhan banyak yang berbagi kebaikan baik itu sedekah zakat ataupun infak atau berbagi parsel dan lembaran Uang, namun ada hal yang harus kita waspadai di era serba digital ini, banyak amal ibadah yang hangus karena Faktor Riya secara tak disadari dan rela diganti dengan nilai rupiah yang tak seberapa nilainya dibanding pahala dari Allah SWT.

Mestinya oleh semua pihak nilai keikhlasan ini dijaga dengan baik, agar melahirkan  manusia manusia yang memiliki mentalitas yg kuat dan keimanan yang permanen dalam jiwa, walaupun pada dasarnya prekwensi keimanan seseorang kadang bertambah dan berkurang.

Keikhlasan juga akan melahirkan jiwa jiwa yang tangguh tahan banting dan tidak cepat merajuk.Oleh karena itu marilah kita jadikan  bulan romadhan sebagai bulan peningkatan mental spritual.Agar kita tetap miliki gairah hidup dan ibadah yang baik kedepannya. 

Ikhlas adalah amal ibadah yang dilakukan oleh hati, nilai ibadah yang dilakukan oleh raga sangat bergantung pada nilai ikhlas yang ada dalam hati seorang mukmin. 

Berkaitan dengan ikhlas, Syekh Nawawi Al-Bantani membaginya menjadi 3 tingkatan, hal ini sebagaimana diungkap dalam kitab Nurudh Dholam (Syekh Nawawi Al-Bantani, Nurudh Dholam, [Kediri: PPA, tt], halaman 44), sebagaimana berikut:


1. *Ikhlash karena Allah*
Ikhlash karena Allah menempati posisi pertama dan utama. Ikhlas dalam kelompok ini adalah seorang mukmin ketika beribadah kepada Allah dan melakukan amal saleh, sama sekali tidak mengharapkan apapun kecuali ridla Allah, tidak juga mengharapkan pahala surga atau untuk menghindari siksa neraka. Menurut Syekh Nawawi, ikhlas seperti ini berada pada tingkatan tertinggi.

2. *Yang kedua adalah Ikhlash karena Akhirat*
Tingkatan ikhlas kedua ini  adalah beribadah dan beramal saleh karena mengharapkan pahala, mendapatkan surga, dan takut pada siksa neraka. Menurut Syekh Nawawi, tingkatan ikhlas ini berada pada tingkatan menengah.

3. *Dan yang ke tiga Ikhlash karena Dunia*
Tingkatan ikhlas terakhir ini adalah beribadah karena mengharapkan balasan di dunia, misalnya seseorang melakukan ibadah membaca Surat Al-Waqi‘ah dengan harapan bisa mendapat kekayaan, mengeluarkan sedekah berharap mendapat rezeki yang berlipat ganda, dan seterusnya. Menurut Syekh Nawawi, ikhlas seperti ini adalah ikhlash yang berada pada tingkatan paling rendah.
Dari ketiga uraian diatas tentunya kembali kepada niat dan selerai seseorang tergantung apa yang hakikatnya mereka cari. Apa mencari Ridha Allah,Mencari pahala, atau mencari Duniawi.
Penulis mengingatkan akan adanya janji Allah kepada kaum mukminin yang Rindu kepada Kasih sayang nya Allah  sebagaimana firmanNya:

{فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا}

?”Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah dia mengerjakan amal shaleh dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Rabbnya.”

-Surat Al-Kahfi, Ayat 110
======
Berkata Asy-Syaikh As-Sa’diy rahimahullahu :

{ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا ْ} وهو الموافق لشرع الله، من واجب ومستحب،

Yaitu amalan yang sesuai dengan syari’at Allah, baik dari perkara yang wajib atau pun yang sunnah.

{ وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا ْ}

”Dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Rabbnya.”

أي: لا يرائي بعمله بل يعمله خالصا لوجه الله تعالى، فهذا الذي جمع بين الإخلاص والمتابعة، هو الذي ينال ما يرجو ويطلب، وأما من عدا ذلك، فإنه خاسر في دنياه وأخراه، وقد فاته القرب من مولاه، ونيل رضاه. آخر تفسير سورة الكهف، ولله الحمد.

Yakni jangan ia riya’ (menginginkan untuk dilihat, dipuji oleh orang) dalam ia beramal. Bahkan hendaknya ia beramal semat ikhlas mengharap wajah Allah ta’ala.

Ini adalah orang yang mengumpulkan dalam amalannya antara ikhlas dan mutaba’ah (mencontoh Rasulullah).

Maka ia adalah orang yang akan mencapai puncaknya apa yang ia cari dan ia harapkan.

*Wallahu alam bishawaab*

Share | | | |