
Daerah

Pesan Mendalam Menag Prof. KH. Nasaruddin Umar:
14 Nov 2024 | 392 | Penulis : PC APRI Lampung Timur| Publisher : Biro Humas APRI Lampung
Jakarta – Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. KH. Nasaruddin Umar, M.A., kembali menegaskan peran penting pondok pesantren dalam sejarah pendidikan di tanah air. Dalam sebuah pernyataan yang memukau, beliau mengkritisi bagaimana sejarah pendidikan Indonesia telah dibelokkan oleh kekuatan kolonial Belanda. Menurutnya, seandainya tidak ada intervensi dari pemerintah kolonial, maka institusi yang seharusnya lebih dahulu dikenal sebagai pusat pendidikan terkemuka adalah pondok pesantren, bukan universitas modern seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), ataupun Institut Teknologi Bandung (ITB).
Seandainya tidak ada Pemerintah Kolonial Belanda, maka sesungguhnya yang pertama kali terkenal di Indonesia adalah pondok pesantren, seperti Lirboyo, Termas, dan Tebuireng,” tegas Menag dalam forum terbuka. Beliau menyebut, sejarah telah melencengkan fakta bahwa pondok pesantren sesungguhnya pantas menjadi 'tuan rumah' pendidikan di negeri ini.
Prof. Nasaruddin Umar juga mengingatkan, jika sejarah tidak segera diperbaiki, umat Islam akan terus menjadi korban dari sistem pendidikan yang tidak berpihak pada warisan intelektual Islam. Kalau sejarah ini tidak diperbaiki, maka umat Islam itu nanti banyak dikorbankan” tambahnya dengan nada serius.
Lebih lanjut, Menag mengajak seluruh masyarakat untuk mempertimbangkan memasukkan anak-anak mereka ke pondok pesantren. Menurutnya, kurikulum pesantren lebih adaptif dan relevan dengan segala kondisi zaman. Berbeda dengan kurikulum pendidikan umum yang sering bergantung pada kebijakan menteri yang menjabat.
Kurikulum pesantren tetap cocok dengan kondisi zaman apapun. Sementara kurikulum pendidikan non-pesantren tergantung selera Menteri Pendidikan yang sedang menjaba” sindir Menag terkait perubahan kurikulum yang sering terjadi. Ia menyinggung pergantian kebijakan kurikulum yang terjadi selama masa kepemimpinan Nadiem Makarim, mulai dari revisi Kurikulum 2013 hingga Kurikulum Merdeka yang diterapkan di akhir masa jabatannya. Kini, Menteri Pendidikan yang baru, Bapak Mu'ti, juga berencana melakukan peninjauan ulang terhadap Kurikulum Merdeka.
Dalam pandangannya, Prof. Nasaruddin Umar berharap bahwa ke depan, pondok pesantren dapat kembali menjadi episentrum pendidikan yang melahirkan generasi intelektual yang berakhlak mulia. Kami ingin mengembalikan sejarah. Pondok pesantrenlah yang pantas menjadi tuan rumah pendidikan di Republik ini**,” ungkapnya penuh harap.
Melalui seruan tersebut, Menag ingin menggugah kesadaran bangsa Indonesia agar kembali pada jati diri pendidikannya yang berakar kuat pada nilai-nilai Islam. Pesan ini disambut hangat oleh banyak kalangan, terutama para praktisi pendidikan dan para santri yang berkomitmen menjaga tradisi keilmuan di pesantren.
Dengan demikian, langkah strategis untuk memperkuat pondok pesantren sebagai benteng pendidikan yang kokoh diharapkan dapat menjadi solusi bagi sistem pendidikan Indonesia yang kerap berubah-ubah. (lip.6, 13/11)
Ditulis ulang oleh : (Tim Humas PC APRI Lampung Timur)