Muhlisin, Marbot Masjid An-Nisa: Inspirasi Ikhlas di Tengah Hidup yang Sederhana
Inspirasi

Muhlisin, Marbot Masjid An-Nisa: Inspirasi Ikhlas di Tengah Hidup yang Sederhana

  28 Oct 2024 |   53 |   Penulis : PC APRI Lampung Timur|   Publisher : Biro Humas APRI Lampung

Muhlisin, Marbot Masjid An-Nisa: Inspirasi Ikhlas di Tengah Hidup yang Sederhana

Di tengah gaya hidup hedonis dan tantangan ekonomi, sosok Muhlisin hadir sebagai oase ketulusan yang menginspirasi. Sebagai marbot Masjid An-Nisa, masjid megah di Kelurahan Mulyojati yang didirikan oleh Hj. Herawati Robinson, seorang dermawan kaya, Muhlisin dengan ikhlas merawat tempat ibadah itu hingga bersih, nyaman, dan teduh untuk para jamaah. Ia melakukan semua ini tanpa pamrih, menjalani hari-harinya dengan tanggung jawab yang besar, meski upahnya terbatas. Kehidupan Muhlisin bersama istri dan anaknya memang serba sederhana, tapi keikhlasan yang ia perlihatkan membawa pesan moral yang dalam di era yang kerap memuja kekayaan dan status.

Lulusan Pondok Pesantren Raudlatul Quran di Metro yang diasuh oleh almarhum KH. Ali Qomarudin dan kini diteruskan oleh Gus Yahya ini, Muhlisin seakan menjadi contoh marbot ideal bagi generasi sekarang. Di tengah dunia yang terus berubah, di mana pekerjaan kerap dinilai dari aspek materi, ia tetap mempertahankan semangat ikhlasnya. Tiap pagi selepas subuh, ia menyapu dan mengepel masjid dengan wajah ceria, seolah tak pernah merasa lelah. Muhlisin mengajarkan, betapa pekerjaan dengan nilai spiritual lebih besar daripada sekadar jumlah gaji. Ketulusan Muhlisin menunjukkan sisi mulia profesi marbot yang sering terlupakan.

Isu profesi marbot memang kerap dianggap sebelah mata di zaman modern ini. Banyak yang menganggap pekerjaan ini tak bergengsi atau tak menjanjikan masa depan. Namun, sosok Muhlisin justru menunjukkan sebaliknya. Ia mengangkat derajat pekerjaan marbot, membuktikan bahwa nilai sebuah pekerjaan bukanlah diukur dari seberapa besar imbalannya, tapi seberapa dalam niat dan cinta yang diberikan. Ia menghidupkan semangat kerja keras tanpa pamrih, mengajarkan pada generasi muda bahwa sukses tak melulu soal kemewahan. Bagi Muhlisin, kebahagiaan terletak pada memberi manfaat bagi sesama.

Keberadaan Muhlisin juga membawa kehangatan pada lingkungan masjid dan masyarakat sekitar. Tak jarang, jamaah yang datang mengapresiasi ketulusan dan kerapian yang ia jaga di masjid. Muhlisin menyatukan komunitas, menjadi sosok yang dicari ketika jamaah membutuhkan bantuan kecil atau sekadar berbagi cerita. Di zaman yang kian individualis, Muhlisin menjadi gambaran nyata dari sebuah pekerjaan yang tidak hanya mengurusi kebersihan fisik, tapi juga menjaga kedekatan emosional antarwarga. Ia memberikan contoh bahwa profesi apapun bisa membawa dampak positif jika dilakukan dengan sepenuh hati.

Lewat sosok Muhlisin, kita belajar untuk menilai profesi bukan dari ukuran materi atau status sosialnya, tetapi dari ketulusan dan manfaat yang dihadirkan. Di tengah tantangan hidup, ia tetap berdiri teguh sebagai marbot ideal, membawa semangat ikhlas dan hidup sederhana sebagai sumber kekuatan. Di sinilah, pesan moral yang dalam untuk generasi Z hadir: ikhlas dan tanggung jawab adalah dua kunci yang mampu memberi makna lebih dalam kehidupan. Profesi apapun, jika dijalani dengan hati, akan membawa keberkahan bagi diri dan sekitar.
[Tim Humas PC APRI Lampung Timur]

Share | | | |