News
“Contohnya, bab nikah tidak hanya tentang akad, tetapi juga tanggung jawab moral penghulu dalam memastikan keabsahan dan keadilan bagi pihak yang menikah,” jelas Abd. Rauf , seraya menyisipkan kisah inspiratif dari praktik lapangan. Peserta pun antusias bertanya melalui chat box, menambah dinamika diskusi.
Salah satu penghulu mengaku terkesan dengan metode penyampaian yang mudah dicerna. “Kajian seperti ini mengingatkan kita bahwa ilmu agama harus terus disegarkan. Apalagi, kitab ini sering jadi rujukan saat menyelesaikan masalah di masyarakat,” ujarnya.
Tak hanya itu, panitia juga menyiapkan e-sertifikat bagi peserta yang mengikuti hingga akhir, menambah motivasi kehadiran. Menurut Ketua APRI Sulsel, agenda serupa akan dijadikan program bulanan dengan tema yang lebih variatif. “Kami juga berencana mengundang narasumber nasional untuk memperkaya perspektif,” tambahnya.
*Mengawali Jejak Langkah Ilmiah*
Kajian perdana ini bukan sekadar pertemuan virtual, melainkan starting point bagi APRI Sulsel untuk membangun tradisi literasi di kalangan penghulu. Di tengah arus modernisasi, kegiatan ini menjadi bukti bahwa nilai-nilai klasik tetap relevan, asal dikemas dengan kreatif dan kolaboratif.
“Ilmu itu cahaya. Mari kita terus nyalakan, meski melalui layar,” pungkas H. Abd. Rahman menutup acara, disambut virtual photo session oleh peserta.
APRI Sulsel Luncurkan Kajian Perdana Kitab Kifayatul Akhyar
01 Feb 2025 | 76 | Penulis : Biro Humas APRI Sulawesi Selatan| Publisher : Biro Humas APRI Sulawesi Selatan
(Admin APRI Sulsel). Dalam rangka peningkatan kompetensi penghulu, Suasana semangat keilmuan mewarnai layar Zoom Meeting saat Pengurus Wilayah Asosiasi Penghulu Republik Indonesia (APRI) Provinsi Sulawesi Selatan menggelar Kajian Perdana Kitab Kifayatul Akhyar, Jumat (31/1/2025). Kegiatan yang diikuti para Penghulu dari seluruh kabupaten/kota se-Sulsel ini tidak hanya menjadi ajang diskusi kitab klasik, tetapi juga bukti adaptasi tradisi keagamaan di era digital.
Acara dibuka dengan sambutan hikmat dari Ketua APRI Sulsel, H. Abd. Rahman, yang menegaskan pentingnya menjaga khazanah keilmuan Islam melalui kajian turats (kitab klasik). “Kifayatul Akhyar bukan sekadar kitab fikih, tetapi warisan ulama yang harus kita hidupkan dalam konteks kekinian. Penghulu sebagai garda terdepan pelayanan umat wajib menguasainya,” tegasnya.
Momentum ini semakin spesial dengan kehadiran Kepala Bidang Urusan Agama Islam (URAIS) Kanwil Kemenag Sulsel, H. Abd. Gaffar, yang menyampaikan apresiasi tinggi. “Ini langkah progresif! Saya mendorong kajian seperti ini tidak hanya berhenti di sini, tapi menjadi program berkelanjutan. Sinergi APRI dan Kemenag harus diperkuat untuk menjawab tantangan kompleks di masyarakat,” ujarnya disambut semangat peserta melalui emoji jempol dan applause di fitur Zoom. turut hadir di ruangan zoom ketua tim kepenghuluan dan bina keluarga sakinah H. A. Moch Rezki. juga menyampaikan beberapa hal serta memberikan penguatan pada kajian ini, ia sangat mengapresiasi dan mendukung kegiatan ini sebagai upaya meningkatan kompetensi bagi para penghulu dalam menghadapi uji kompetensi kenaikan jenjang jabatan penghulu.
Dipandu oleh KM. Ardi Muharram, S. HI sebagai Penglaji kitab dan H. Abd. Rauf, Lc sebagai pentashi (pemberi penjelasan), kajian berlangsung interaktif. Keduanya mengupas tuntas bab-bab krusial dalam Kifayatul Akhyar, karya monumental Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini, yang menjadi rujukan fikih Syafi’iyah. Mulai dari hukum pernikahan, waris, hingga etika bermasyarakat, dibahas dengan pendekatan kontekstual.
Acara dibuka dengan sambutan hikmat dari Ketua APRI Sulsel, H. Abd. Rahman, yang menegaskan pentingnya menjaga khazanah keilmuan Islam melalui kajian turats (kitab klasik). “Kifayatul Akhyar bukan sekadar kitab fikih, tetapi warisan ulama yang harus kita hidupkan dalam konteks kekinian. Penghulu sebagai garda terdepan pelayanan umat wajib menguasainya,” tegasnya.
Momentum ini semakin spesial dengan kehadiran Kepala Bidang Urusan Agama Islam (URAIS) Kanwil Kemenag Sulsel, H. Abd. Gaffar, yang menyampaikan apresiasi tinggi. “Ini langkah progresif! Saya mendorong kajian seperti ini tidak hanya berhenti di sini, tapi menjadi program berkelanjutan. Sinergi APRI dan Kemenag harus diperkuat untuk menjawab tantangan kompleks di masyarakat,” ujarnya disambut semangat peserta melalui emoji jempol dan applause di fitur Zoom. turut hadir di ruangan zoom ketua tim kepenghuluan dan bina keluarga sakinah H. A. Moch Rezki. juga menyampaikan beberapa hal serta memberikan penguatan pada kajian ini, ia sangat mengapresiasi dan mendukung kegiatan ini sebagai upaya meningkatan kompetensi bagi para penghulu dalam menghadapi uji kompetensi kenaikan jenjang jabatan penghulu.
Dipandu oleh KM. Ardi Muharram, S. HI sebagai Penglaji kitab dan H. Abd. Rauf, Lc sebagai pentashi (pemberi penjelasan), kajian berlangsung interaktif. Keduanya mengupas tuntas bab-bab krusial dalam Kifayatul Akhyar, karya monumental Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini, yang menjadi rujukan fikih Syafi’iyah. Mulai dari hukum pernikahan, waris, hingga etika bermasyarakat, dibahas dengan pendekatan kontekstual.
“Contohnya, bab nikah tidak hanya tentang akad, tetapi juga tanggung jawab moral penghulu dalam memastikan keabsahan dan keadilan bagi pihak yang menikah,” jelas Abd. Rauf , seraya menyisipkan kisah inspiratif dari praktik lapangan. Peserta pun antusias bertanya melalui chat box, menambah dinamika diskusi.
Salah satu penghulu mengaku terkesan dengan metode penyampaian yang mudah dicerna. “Kajian seperti ini mengingatkan kita bahwa ilmu agama harus terus disegarkan. Apalagi, kitab ini sering jadi rujukan saat menyelesaikan masalah di masyarakat,” ujarnya.
Tak hanya itu, panitia juga menyiapkan e-sertifikat bagi peserta yang mengikuti hingga akhir, menambah motivasi kehadiran. Menurut Ketua APRI Sulsel, agenda serupa akan dijadikan program bulanan dengan tema yang lebih variatif. “Kami juga berencana mengundang narasumber nasional untuk memperkaya perspektif,” tambahnya.
*Mengawali Jejak Langkah Ilmiah*
Kajian perdana ini bukan sekadar pertemuan virtual, melainkan starting point bagi APRI Sulsel untuk membangun tradisi literasi di kalangan penghulu. Di tengah arus modernisasi, kegiatan ini menjadi bukti bahwa nilai-nilai klasik tetap relevan, asal dikemas dengan kreatif dan kolaboratif.
“Ilmu itu cahaya. Mari kita terus nyalakan, meski melalui layar,” pungkas H. Abd. Rahman menutup acara, disambut virtual photo session oleh peserta.