
7 Cara Mengasah Ketajaman Mata Hati (Kepekaan Sosial)
23 Jan 2025 | 97 | Penulis : Humas PC APRI Lambar| Publisher : Biro Humas APRI Lampung
7 Cara Mengasah Ketajaman Mata Hati
Oleh.Usep Soleh Qodarudin,S.Ag
(Kepala Kua Air Hitam Lampung Barat)
Beberapa cara dalam menumbuhkan kepekaan Mata hati manusia di antaranya:
Kesatu .
Membangun Kepekaan Hati nurani agar Simetris dengan Ketentuan Allah. SWT.
Allah SWT memerintahkan umat Islam agar taat kepada-Nya dan Rasul-Nya . Artinya, kehidupan Beragama seseorang harus dibangun berdasarkan Dasar Hukum yang kuat, melalui ketajaman mata hati, atau basirah.Sebagaimana Firman Allah SWT:
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا (7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (8) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (10)
Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q. S. al-Syams [91]: 7-10).
Beruntunglah jiwa jiwa yang dalam kehidupannya selalu mengedepankan Rasa Dan naluri Kebenaran yang telah Allah Lekatkan dalam jiwa mereka secara otomatis secara Ikhlas dan jauh dari sifat Riya (selalu ingin dipuji) seseorang.
Sebagaimana di Ayat Lain firman Allah: “Katakanlah, ‘Inilah jalanku. Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah (argumentasi) yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik” (QS Yusuf : 108).
Perlu diketahui, bahwa semakin luas dan tajam basirah seseorang, semakin serius pula amaliah dan praktik keagamaannya. Keikhlasan dan keistikamahan akan lahir dengan sendirinya. Dalam ayat di atas, Allah menyertakan proses kewajiban dakwah dengan basirah sebagai sebuah kewajiban syariat Islam.
Ibnu Katsir mengidentifikasi basirah sebagai sebuah keyakinan yang berlandaskan argumentasi syari dan aqli yang kokoh, serta tidak taklid buta.
Menurut Syaukani, basirah adalah pengetahuan yang mampu memilah yang hak dari yang batil, benar dari salah, dan begitu seterusnya.
Nah untuk mendapati ketajaman basirah, banyak amaliah yang harus dipenuhi, yaitu.:
Kedua.
Adanya sebuah kesadaran niat yang benar. Karena, niat yang salah akan turut memengaruhi kinerja dan mengakibatkan kerja yang asal-asalan. Terlebih, ibadah dan amaliah ketaatan cenderung naik turun. Inilah rahasianya mengapa setiap amal dalam Islam harus didasari niat yang benar dan tulus karena Allah.
Ketiga.
Untuk menajamkan basirah, mutlak seseorang harus tobat secara sungguh-sungguh. “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang sebenar-benarnya).
Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS At-Tahrim : 8).
Keempat.
Menyisihkan hasrat dunia dengan tidak tebersit untuk menumpuk banyak dosa dan maksiat. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS Al-Hujurat : 11).
KeLima.
Serius menjaga amalan wajib dan menghidupkan yang sunah. “Dan sungguh, sebelumnya Harun telah berkata kepada mereka, “Wahai kaumku! Sesungguhnya kamu hanya sekedar diberi cobaan (dengan patung anak sapi) itu dan sungguh, Tuhanmu ialah (Allah) Yang Maha Pengasih, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku” (QS Thaha : 90).
Keenam.
Menghidupkan waktu terutama di malam hari dengan banyak berzikir dan ber-muhasabah. Siang banyak berbuat kebajikan dan malam tidak dihabiskan dengan tidur. “Sesungguhnya, mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat dengan ihsan. Di dunia, mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam. Dan, selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar” (QS Adz-Dzariyat : 16-18).
Ketujuh.
Menumbuhkan rasa takut terhadap Kematian dan hisab akhirat. Sebagaimana FirmanNya:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ١٠٢
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.Selain itu, perlu melatih ketekunan, kesabaran, dan kokoh terhadap gempuran godaan. Dari titik inilah, seseorang secara perlahan akan memiliki ketajaman mata hati (basirah) sehingga amaliah dakwahnya akan senantiasa dinamis dan cerdas mencari kreativitas baru dalam berdakwah.
Seperti halnya contoh sosok yang memiliki basirah mengagumkan adalah Nabi Nuh AS. Di tengah penolakan kaumnya, ia tetap mencari terobosan baru dalam berdakwah. Ia tetap Konsisten dan Tegar, bahkan mencari alternatif sarana dakwah yang beragam sesuai dengan kondisi dan tuntutan kaumnya. Wallahu A’lam.