
Nikah di Bulan Muharram, Berani?
19 Jul 2025 | 254 | Biro Humas APRI Gorontalo | Biro Humas APRI Gorontalo
Tak heran, menjelang akhir bulan Dzulhijjah, masyarakat Gorontalo buru-buru menggelar hajatan pernikahan sebelum memasuki bulan Muharram. Alasan pantangan menggelar hajatan pernikahan di bulan Muharram adalah dikhawatirkan pasangan yang menikah akan mendapat nasib buruk
Memasuki bulan Muharram bagi sebagian masyarakat menjadi pantangan untuk melaksanakan pernikahan. “Sebagian orang berkata bahwa akad nikah di bulan Muharram adalah dilarang atau pertanda buruk. Apa ini benar?” Padahal menikah di bulan Muharram menurut Islam adalah sah sah saja atau diperbolehkan. Sejatinya, bulan Muharram adalah bulan mulia di antara bulan-bulan lainnya dalam kalender Hijriyah. Bukti bulan Muharram dianggap baik untuk melangsungkan pernikahan adalah penggalan ayat dalam surat Al Quran berikut ini :
Allah SWT berfitman, “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci) ….” (QS at-Taubah [9] : 36).
Nah, apakah anda masih meragukan menikah di bulan Muharram menurut Islam? Jadi yakin saja pada hajat anda. Anda melakukan hajat yang baik yaitu menikah sehingga Allah pasti memberikan RIDHO – NYA pada anda. Niat baik pasti di berkahi –NYA. Demikian penjelasan mengenai menikah di bulan Muharram menurut Islam.
Sebagian masyarakat Gorontalo mengeramatkan, menikah dibulan Muharram dianggap pantangan dan haram dilakukan kalau tak ingin tertimpa musibah. Keyakinan begini benar-benar dipegang kuat tanpa ada satupun yang boleh melawan. Orang yang nekat menikah dibulan ini diyakini rumah tangganya tak akan lenggeng/rukun, ada saja musibah menimpa. Intinya, jangan pernah coba-coba menikah dibulan ini kalau tak ingin sengsara. Beginilah keyakinan khurafat. Islam tak seperti itu. Islam justru menganggap yang seperti ini adalah thiyarah (meramalkan bernasib sial karena melihat sesuatu atau meyakini sesuatu), dan thiyarah itu syirik. Sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW : “ Thiyarah adalah Syirik, dan taka da seorangpun diantara kita kecuali (telah terjadi dalam hatinya sesuatu dari hal ini), hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakkal kepada-Nya.” (Riwayat Tirmidzi).
Dengan demikian, tak ada dalil baik dari Al-Qur’an maupun As-Sunnah yang menjelaskan sialnya bulan Muharram ini, bahkan sebaliknya agama ini memuliakan bulan Muharram, karena adanya berbagai keutamaan, seperti hari Asyuura’. Larangan menikah dengan alasan bahwa bulan ini sial, maka yang seperti ini sama persis keyakinan orang jahiliyah yang melarang menikah dibulan Syawal. Imam Ibnu Rajab Rahimahullah berkata, “ Merasa sial dengan bulan shafar termasuk jenis thiyarah yang terlarang, demikian pula merasa sial dengan sebagian hari seperti hari rabu. Dan orang-orang jahiliyah menganggap sial terhadap bulan syawal khususnya dalam Pernikahan”.
Kenyataan yang ada juga tak seperti dugaan. Banyak orang yang menikah di bulan Muharram namun tak terjadi apa-apa, bahkan kehidupannya baik-baik saja. Rumah tangganya juga tak seperti yang ditakutkan . Kalaupun ada yang mengalami masalah/musibah dalam rumah tangganya dan kebetulan menikah dibulan Muharram, itu hanya beberapa saja dan bukan akibat kesialan bulan tersebut, tapi karena faktor lain yang menjadi penyebabnya, seperti kurangnya nilai-nilai Islam dalam Keluarganya, kurang pahamnya pasutri dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, dan lain sebagainya. Oleh Sebab itu disinilah Kantor Urusan Agama dalam memberikan penasihatan/pembinaan kepada catin sebelum melaksanakan hajatan pernikahan yang dikemas dalam bingkai kursus calon pengantin, sehingga catin dapat memahami bagaimana ber rumah tangga yang baik menurut syariat agama Islam, tanpa harus menyalahkan waktu, bulan pelaksanaan akad nikah yang dianggap menjadi penghalang atau kesialan dalam pernikahan.
Kalau bulan Muharram dikatakan sebab hancurnya sebuah keluarga, bagaimana dengan rumah tangga yang hancur sementara mereka tidak menikah di bulan Muharram itu juga sial ? Atau apakan setiap bulan itu dihukumi sial hanya karena ada kasus rumah tangga tal langgeng atau bermasalah ? Tentu tak bisa demikian. Semestinya kita adil dalam mendudukkan dan menghukumi sesuatu, jangan hanya mengikuti perkiraan, sekedar ikut-ikutan, atau menyamaratakan persolan. Disinilah kepintaran setan dalam mengelabui. Setan menakut-nakuti dan meyakinkan manusia, kalua sampai tak menurutinya atau tak melakukan ini dan itu akan berakibat begini dan begitu. Setan ingin menyeret manusia kejurang kesyirikan karena memang itulah tujuan utamanya. Selayaknya kita waspada terhadap setiap makar setan karena memang mereka musuh yang paling nyata. Kalau kita berani melawan, sebenarnya makar mereka bukanlah apa-apa karena Allah SWT. Yang menjadi pelindung kita, dan Dialah sebaik-baik pelindung. Sebagai muslim tentunya kita lebih percaya Allah SWT. Dan Rasul-Nya daripada setan dan nenek moyangnya.
Jadi, Keyakinan kesialan pada bulan Muharram juga sama subtansinya dengan keyakinan jahiliyah akan kesialan bulan Syawal. Keduanya sama-sama termasuk tathayyur atau thiyarah, yang bagian dari kesyirikan yang menghilangkan kesempurnaan tauhid. . …..Wallaahu a’lam….
Penulis: H. MARTON ABDURRAHMAN,S.Ag.M.HI
Penghulu Yang Diberikan Tugas Tambahan Sebagai Kepala KUA Kec. Kota Tengah Kota Gorontalo