Meniti Kefanaan: Antara Kenyataan dan Harapan
Inspirasi

Meniti Kefanaan: Antara Kenyataan dan Harapan

  14 Feb 2025 |   33 |   Penulis : PC APRI Lampung Timur|   Publisher : Biro Humas APRI Lampung

Meniti Kefanaan: Antara Kenyataan
dan Harapan
Oleh : Dr. H. Tohari, H. Kasbolah, M. Pd. 

Hidup adalah perjalanan yang penuh dinamika. Tidak semua yang indah akan bertahan selamanya, sebagaimana kenyataan sering kali tidak seindah harapan. Segala sesuatu yang kita genggam erat pada akhirnya akan berlalu, meninggalkan jejak samar dalam ingatan.  

Kebanggaan yang dahulu dijunjung tinggi perlahan memudar. Apa yang kita pertahankan dengan sepenuh hati bisa saja lenyap tanpa meninggalkan bekas. Inilah kefanaan, hukum alam yang tidak bisa dihindari. Manusia berada dalam arus waktu yang terus bergerak, membawa kenangan yang pernah memberi arti, namun tak selalu bisa dipertahankan.  

Dalam perjalanan hidup, kita pernah singgah di tempat-tempat penuh kebahagiaan. Tawa, canda, dan senyuman yang terukir di sana menjadi bagian dari kisah yang pernah menghangatkan hati. Namun, waktu berjalan tanpa kompromi. Yang pergi tak akan kembali, yang hilang tak selalu dapat ditemukan.  

Allah ﷻ mengingatkan bahwa kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang sementara:  

وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا لَهْوٌۭ وَلَعِبٌۭ ۚ وَإِنَّ ٱلدَّارَ ٱلْـَٔاخِرَةَ لَهِىَ ٱلْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ 

"Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?"(QS. Al-Ankabut: 64)  

Persimpangan antara keberadaan dan ketiadaan begitu tipis. Di sana, kita tinggalkan sebagian dari diri kita—perasaan, kenangan, bahkan harapan. Namun, inilah makna kehidupan: sebuah perjalanan menuju pemahaman bahwa segala sesuatu di dunia ini hanyalah sementara. Yang abadi hanyalah nilai-nilai kebaikan yang kita tinggalkan serta bekal yang kita siapkan untuk kehidupan setelahnya.  

Sebagaimana firman Allah ﷻ:  

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۖ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ 

*"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari Kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya."* (QS. Ali Imran: 185)  

Dengan kesadaran ini, kita belajar untuk ikhlas menerima, menjalani hidup dengan penuh makna, dan menata langkah menuju tujuan hakiki, yakni ridha Allah ﷻ dan kebahagiaan abadi di akhirat.  

Refrensi:

1. Al-Qur’an Al-Karim  
2.Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 3, 
3.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Jakarta: Lentera Hati, 2002

Share | | | |