Derajat di Mata Allah: Antara Ujian dan Hikmah
Inspirasi

Derajat di Mata Allah: Antara Ujian dan Hikmah

  07 Dec 2024 |   76 |   Penulis : PC APRI Lampung Timur|   Publisher : Biro Humas APRI Lampung

Derajat di Mata Allah: Antara Ujian dan Hikmah
Oleh : [H. Kasbolah, M. Pd]

Pendahuluan
 
Dalam kehidupan, manusia sering kali terjebak pada persepsi duniawi tentang kehormatan dan kehinaan. Kisah Gus Miftah dan Son Haji yang menjadi perhatian publik adalah contoh bagaimana pandangan manusia dapat berbeda dengan ukuran Allah. Islam mengajarkan bahwa derajat seseorang tidak ditentukan oleh pujian atau hinaan manusia, tetapi oleh sikap hati dan amalnya dalam menghadapi ujian kehidupan. Dalam peristiwa ini, baik Gus Miftah maupun Son Haji menghadapi ujian yang dapat menjadi jalan untuk menaikkan atau menurunkan derajat mereka di hadapan Allah, tergantung bagaimana mereka menyikapinya.

Derajat Manusia Menurut Perspektif Islam
  
Islam tidak mengukur derajat manusia dari status sosial, jabatan, atau pengakuan publik. Allah SWT berfirman:  
"Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa." (QS. Al-Hujurat: 13).  

Ketakwaan menjadi standar utama dalam penilaian Allah terhadap hamba-Nya. Peristiwa yang menimpa seseorang, baik berupa pujian atau celaan, sejatinya adalah ujian dari Allah untuk mengukur sejauh mana ia mampu bersabar, bersyukur, dan mengambil hikmah.

Ujian Gus Miftah: Hikmah di Balik Kontroversi
  
Gus Miftah, sebagai figur publik, menghadapi ujian berat saat ucapannya menjadi sorotan. Dalam Islam, menghadapi kesalahan dengan meminta maaf adalah langkah yang mulia. Keputusan beliau untuk meminta maaf secara langsung kepada Son Haji dan umat Islam, serta mundur dari jabatan penting, menunjukkan ketundukan beliau pada prinsip Islam tentang tanggung jawab dan kerendahan hati. Jika Gus Miftah mengambil pelajaran dari peristiwa ini untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah, maka sejatinya derajat beliau meningkat, meskipun dalam pandangan sebagian manusia beliau dianggap telah "jatuh".

Ujian Son haji : Antara Syukur dan Istiqamah
  
Di sisi lain, Son Haji, yang mendapat perhatian besar sebagai pihak yang dirugikan, juga menghadapi ujian. Ketika seseorang mendapat simpati atau penghormatan dari banyak orang, ada potensi untuk terjebak dalam rasa bangga yang berlebihan. Jika perhatian publik ini membuatnya semakin bersyukur dan mendekat kepada Allah, maka derajatnya akan naik. Sebaliknya, jika perhatian ini menjadikannya lalai atau menjauh dari Allah, maka ujian tersebut justru menjadi penyebab penurunan derajatnya.

Pelajaran dari Prespektif Akhirat

Islam mengajarkan untuk tidak terpaku pada penilaian manusia. Rasulullah SAW bersabda:  
"Boleh jadi seseorang yang tampak hina di dunia, tetapi jika ia bersumpah kepada Allah, Allah akan mengabulkan doanya." (HR. Muslim).  

Manusia sering kali hanya melihat apa yang tampak, sementara Allah mengetahui isi hati. Peristiwa ini mengajarkan bahwa setiap kejadian adalah ujian, dan penilaian Allah lebih utama dibandingkan opini publik.

Kesimpulan

Kisah Gus Miftah dan Son Haji mengingatkan kita bahwa ukuran derajat di mata Allah tidak ditentukan oleh popularitas atau penghormatan manusia, tetapi oleh respons mereka terhadap ujian tersebut. Ujian, baik berupa kritik maupun pujian, adalah sarana Allah untuk mengukur ketakwaan dan keteguhan hati hamba-Nya. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari peristiwa ini, menjadikannya pengingat untuk selalu mendekat kepada Allah, serta menjaga hati dari kesombongan dan kelalaian.

Share | | | |