Meninggalkan Kebiasaan Lama: Muhasabah Diri untuk Mencapai Kehidupan yang Lebih Baik
Inspirasi

Meninggalkan Kebiasaan Lama: Muhasabah Diri untuk Mencapai Kehidupan yang Lebih Baik

  31 Dec 2024 |   55 |   Penulis : PC APRI Lampung Timur|   Publisher : Biro Humas APRI Lampung

LAMPUNG TIMUR, 31 DES 2024

Saudaraku,
Pada setiap jejak langkah yang kita tinggalkan di belakang, ada jejak-jejak kebiasaan yang telah lama mengakar di jiwa. Seperti ombak yang berkejaran di laut, kebiasaan lama itu datang silih berganti, mempengaruhi setiap desah nafas dan tiap dentingan waktu yang berlalu. Namun, kini kita tiba di persimpangan, di ujung tahun yang penuh pertanyaan. Waktu mengajak kita untuk berbalik, untuk melepaskan yang lama, dan menyongsong yang baru.

Meninggalkan kebiasaan lama, adalah seperti melepaskan diri dari belenggu yang selama ini mengikat hati dan jiwa kita. Setiap kebiasaan buruk adalah bayang-bayang gelap yang menghalangi terang cahaya kesadaran. Oleh karena itu, kita harus berani menyirnakan gelap itu dengan muhasabah diri—sebuah renungan mendalam tentang diri yang seharusnya kita tuai dari perjalanan waktu. Jika kita terus menelusuri jalan yang sama, kita akan hanya menemui kesia-siaan. Namun, bila kita memilih untuk meninggalkan kebiasaan lama, kita akan menemui kedamaian yang selama ini dicari.

Wahai jiwa, tidakkah kau melihat bahwa waktu yang terus berjalan adalah kesempatan emas untuk bersih dari noda-noda lama? Hamzah Fansuri, pujangga besar yang mengajarkan kita tentang perjalanan menuju Tuhan, berkata, "Bila kau ingin mencapai hakikat, lepaskan dirimu dari segala yang mengikat dunia." Maka, kita pun harus berani meninggalkan kebiasaan yang memenjarakan diri, yang menenggelamkan hati kita dalam lautan duniawi tanpa arah.

Meninggalkan kebiasaan lama bukanlah tentang menghancurkan diri, melainkan tentang membebaskan diri dari belenggu yang membatasi kemungkinan kita untuk hidup lebih baik. Kita harus merdeka dari kebiasaan yang menghancurkan potensi, merdeka dari rasa takut yang selama ini mengekang impian, dan merdeka dari kebiasaan buruk yang menyelimuti langkah kita. Hanya dalam kebebasan itu, kita dapat merasakan kehidupan yang sejati, kehidupan yang penuh makna.

Janganlah kita seperti pohon yang terus menumbuhkan daun yang layu. Lepaskan yang tak berguna, seperti daun-daun kering yang jatuh tanpa meninggalkan bekas. Muhasabah adalah cermin diri, tempat kita melihat sejauh mana kita telah berjalan, dan mengukur sejauh mana kita telah menyimpang dari jalan yang benar. Kita harus berani mengakui kekurangan diri, dan dari sana, kita bangkit untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Apa yang dapat kita raih di masa depan, jika kita tidak melepaskan kebiasaan buruk yang membelenggu? Setiap kebiasaan lama yang kita tinggalkan adalah pintu yang terbuka bagi cahaya kehidupan yang lebih terang. Karena pada hakikatnya, perubahan sejati bukan hanya terletak pada tindakan luar, tetapi pada pemurnian batin yang kita lakukan dalam kesendirian.

Marilah kita bersama-sama melakukan muhasabah diri, merenungkan segala yang telah kita lakukan dan memutuskan untuk berjalan lebih baik. Dengan meninggalkan kebiasaan lama, kita membuka ruang bagi kebiasaan baru yang akan membawa kita lebih dekat kepada tujuan yang lebih mulia, lebih dekat kepada ketenangan hati dan kesejahteraan jiwa.

Tahun baru adalah undangan yang penuh berkah, undangan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Lepaskan kebiasaan lama, yang hanya menyisakan penyesalan dan kerugian, dan sambutlah kehidupan baru yang penuh dengan keindahan, ketenangan, dan kebahagiaan. Kita adalah arsitek bagi masa depan kita, dan dengan setiap kebiasaan baik yang kita tanamkan, kita sedang membangun sebuah istana kehidupan yang penuh dengan keberkahan.

Semoga langkah kita menjadi lebih mantap, lebih bijaksana, dan lebih penuh cinta, seperti kata Hamzah Fansuri, "Cinta yang sejati tidak mengenal waktu, ia tumbuh dalam kebersihan jiwa, dan berbuah dalam kebahagiaan abadi." Mari melangkah bersama, dengan kebiasaan yang lebih baik, untuk menyambut hidup yang lebih bermakna. "MKA"

Share | | | |