Lebih Mudah Menyusun Kata dalam Tulisan daripada Berdialektika di Panggung
11 Oct 2024 | 64 | Penulis : PC APRI Lampung Timur| Publisher : Biro Humas APRI Lampung
oleh : (H. Kasbolah, M.Pd.)
Penghulu KUA Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur
Keterampilan berbicara di depan umum seringkali dianggap lebih sulit daripada menulis. Saat berbicara, kita dituntut untuk menyampaikan ide secara langsung, berinteraksi dengan audiens, dan seringkali harus berpikir cepat. Sebaliknya, menulis memberikan lebih banyak waktu untuk mengolah pikiran dan menyusun kata-kata
Keterampilan berbicara di depan umum seringkali dianggap lebih sulit daripada menulis. Saat berbicara, kita dituntut untuk menyampaikan ide secara langsung, berinteraksi dengan audiens, dan seringkali harus berpikir cepat. Sebaliknya, menulis memberikan lebih banyak waktu untuk mengolah pikiran dan menyusun kata-kata
Kenapa menulis lebih gampang dibandingkan berdialektika? Beberapa alasan mendasar yang menjadikan menulis lebih terasa mudah dibandingkan bicara lansung atau berdalektika , nah berikut alasan-alasannya :
1. Waktu untuk Merenung dan Mengatur Pikiran
Dalam menulis, seseorang memiliki kebebasan untuk merenungkan ide-idenya sebelum menuangkannya ke dalam kata-kata. Proses ini memberikan waktu yang cukup untuk berpikir secara mendalam, memeriksa ulang pilihan kata, dan memperbaiki kalimat yang dirasa kurang tepat. Berbeda dengan berdialektika saat pidato atau ceramah yang menuntut respons langsung, menulis memungkinkan penulis untuk memperlambat proses berpikir dan menghindari kesalahan
2. Kontrol Penuh atas Narasi
Saat berbicara di depan umum, seringkali terjadi perubahan suasana atau reaksi audiens yang dapat mempengaruhi pembicara. Tidak semua pembicara siap untuk menghadapi hal-hal tak terduga seperti pertanyaan spontan, gangguan, atau bahkan penolakan dari audiens. Di sisi lain, menulis memberi kontrol penuh kepada penulis atas apa yang ingin disampaikan, tanpa harus memikirkan reaksi langsung dari pembaca. Ini memberi keleluasaan dalam menyusun argumen dengan lebih runtut dan sistematis.
3. Mengurangi Tekanan Sosial
Bagi sebagian orang, tekanan saat berbicara di depan umum adalah salah satu tantangan terbesar. Ketakutan akan membuat kesalahan, lupa materi, atau merasakan gugup bisa menjadi penghalang untuk berbicara dengan lancar. Menulis mengurangi tekanan ini, karena penulis tidak harus berhadapan langsung dengan pembaca. Penulis dapat merevisi hasil karyanya berkali-kali sebelum disampaikan ke publik, sehingga lebih minim risiko kesalahan yang merugikan.
4. Ekspresi yang Lebih Personal
Dalam menulis, penulis memiliki ruang untuk mengekspresikan perasaan, ide, dan pandangannya dengan lebih dalam dan personal. Tulisan dapat dijadikan media refleksi diri, yang membantu penulis mengeksplorasi lebih banyak sudut pandang. Ketika berpidato, pembicara harus mempertahankan citra tertentu dan menjaga fokus untuk tetap relevan dengan audiens, sehingga ekspresi pribadi mungkin lebih terbatas.
5. Fleksibilitas dalam Pengeditan
Keuntungan menulis lainnya adalah fleksibilitas untuk melakukan pengeditan. Kalimat yang telah ditulis dapat dibaca ulang, dikoreksi, bahkan diubah sepenuhnya tanpa ada tekanan waktu. Di sisi lain, saat berbicara di depan umum, kesalahan yang dilakukan secara spontan sulit untuk diubah atau diulang dengan sempurna. Kesalahan dalam berbicara cenderung lebih terasa dan sulit untuk dikoreksi dengan cepat.
Kesimpulan
Menulis dan berbicara di depan umum, keduanya merupakan alat komunikasi yang ampuh, namun memiliki karakteristik yang sangat berbeda. Menulis menawarkan ruang yang lebih tenang dan terkendali bagi seseorang untuk mengeksplorasi ide-ide secara mendalam, menyusun argumen yang koheren, dan mengedit tulisan hingga mencapai kesempurnaan. Proses ini memungkinkan penulis untuk mengatur aliran pikiran dengan lebih hati-hati dan memilih diksi yang tepat untuk menyampaikan pesan secara efektif. Sebaliknya, berbicara di depan umum menuntut kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi yang dinamis, merespons pertanyaan secara spontan, dan menjaga perhatian audiens. Kemampuan untuk berbicara dengan jelas, percaya diri, dan meyakinkan merupakan aset berharga dalam berbagai konteks, mulai dari presentasi bisnis hingga pidato politik