
PENGHULU BANSRI : SALING… DAN SALING
25 Nov 2024 | 52 | Penulis : PC APRI Lampung Timur| Publisher : Biro Humas APRI Lampung
PENGHULU BANSRI : SALING… DAN SALING
Oleh : Muhammad Syafran Lubis
Hadits roman yang menjanjikan pahala menggiurkan bagi suami atau istri konteksnya adalah dalam rangka membahagiakan diri dan pasangan. Sahabat Anas bin Malik meriwayatkan,
مَنْ تَزَوَّجَ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ نِصْفَ الدِّينِ فَلْيَتَّقِ اللَّهَ فِي النِّصْفِ الثَّانِي
“Barang siapa menikah maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah kepada Allah swt pada separuh yang kedua”.
Imam al-Qurthubī menjelaskan bahwa menikah dapat melindungi dari zina, menjaga kehormatan dari zina termasuk amal yang mendapat jaminan surga dari Rasulullah. Artinya, waktu yang kita gunakan untuk melindungi keluarga dari zina, menjaga kehormatan, merupakan ibadah dan bertakwalah pada Allah pada “waktu” lain yang tidak kita isi dengan ibadah.
Secara tekstual, hadis ini lumayan menggiurkan, menikah adalah pintu menyempurnakan separuh iman, dengan iman seorang muslim bisa masuk surga. Kita bisa lihat betapa semangat seorang muslim menumpuk pahala untuk meraih surga.
Amalan-amalan yang pahalanya beribu kali lipat lebih banyak pasti kita kerjakan mati-matian, tak lain karena adanya kesadaran usia umat Nabi Muhammad jarang yang sampai 100 tahun. Maka tak heran jika menikah yang dikatakan oleh Nabi “.. telah menyempurnakan separuh agama” dengan jumawa kita telan mentah mentah oleh sebagian muslim. Seakan berkata “agamaku sudah separuh sempurna, hanya dengan mengucap ‘aku terima nikahnya ’”
Dianggapnya menikah hanya sebatas itu, padahal ada kehidupan anggota keluarga yang harus kita penuhi hak haknya, mengusahakan relasi yang saling membantu, saling musyawarah, saling merelakan, sebab selalu ada masalah dalam rumah tangga yang berkesinambungan. Jika berhasil menghadapinya maka itulah ibadah.
Jika tidak berhasil menghadapinya maka itu bukan ibadah Apakah saat berselisih lalu bertengkar dan tidak ada yang mau mengalah itu juga ibadah? Apa saat ekonomi terabaikan dan anak-anak terlantar tidak sekolah itu ibadah ? orang tua yang bermalas malasan dan tidak mau mencari nafkah itu ibadah ? atau yang lebih parah lagi ada pihak yang sengaja mengkhianati pernikahan dengan berselingkuh juga ibadah? Itu semua terjadi dalam pernikahan yang “katanya” ibadah?
Segala hal yang menyakitkan bukanlah ibadah. Demikianlah, dalam pernikahan ada unsur ibadah dan dosa. Setiap pernikahan berpotensi mendapatkan pahala atau dosa. Saat anda ingin membahagiakan diri dan anggota keluarga anda maka saat itulah anda beribadah. Sebaliknya, jika merugikan anda dan atau orang lain dalam keluarga maka saat itulah anda berdosa.
Maka nikah yang menjadi ibadah itu adalah , nikah yang saling membantu, saling tolong menolong, dan saling….. saling…… dan saling lagi .
Saling mengerti dapat diwujudkan dengan cara saling mengusahakan untuk memahami perbedaan yang ada dan pandangan antara satu sama lain. Pahami bahwa setiap individu memiliki latar belakang, pengalaman, dan nilai-nilai yang berbeda. Maka tetaplah saling dan saling